SANDI
AMBALAN
SYARIF HIDAYATULLAH GUDEP 02.001
SATYA DARMA LAKSANA
Berambalan adalah bersaudara
Selapik seketiduran, sebantal sekalang hulu
Assalamualaikum Wr.Wb... Salam PRAMUKA... Kami PRAMUKA MAN ParungPanjang... Ambalan Syarif Hidayatulloh - Cut Meutia.. Gudep 02001..
Minggu, 09 September 2012
ADAT AMBALAN SYARIF HIDAYATULLAH GUDEP 02.001
ADAT AMBALAN
SYARIF HIDAYATULLAH GUDEP 02.001
Demi terwujudnya serta terlaksananya suatu kegiatan yang baik
dalam berambalan serta adanya dukungan partisipasi dalam menjalankan roda
kepengurusan yang sudah ditentukan, maka disusunlah ketentuan tersebut dalam
suatu Adat Ambalan:
1. Menyusun nama anggota Ambalan
2. Mengadakan upacara setiap latihan pramuka, di pimpin
oleh:
- Pradana
- Juru Adat
- Krani
- Bankir
- Juru Giat, terkecuali situasi tidak
memungkinkan, pimpinan dapat diambil dari anggota Ambalan
3..Menggunakan Senjata Ambalan berupa Kujang yang cara
penggunaannya ditancapkan diwaktu pembukaan upacara adat dan dicabut pada
upacara penutupan.
4. Menghormati atau memberi salam pada kakak Pembina apabila
berjumpa pada setiap pertemuan Ambalan.
5. Mengacungkan jari tangan ( telunjuk dan jari tengah )
apabila berjumpa dengan sesama anggota Ambalan.
6. Tidak melakukan hal-hal yang tidak diperkenankan,
seperti:
- Berpakaian dan berjalan tidak sopan
- Makan dan minum sambil berjalan
- Berbahasa selain bahasa Indonesia dalam
setiap pertemuan anggota Ambalan.
- Memakai dan menggunakan atribut Pramuka
yang tidak diperkenankan dan tidak ditentukan di Ambalan.
- Memakai kaos kaki selain hitam dalam
setiap pertemuan Ambalan dan setiap hari jum’at.
- Memakai sandal jika menggunakan TKU
7. Apabila dibacakan sandi Ambalan Syarif Hidayatullah
melakukan gerakan sebagai berikut:
- Jongkok dan kaki kanan di depan
- Tangan kanan memegang hati
8. Memenuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
Anggaran Rumah Tangga Ambalan Syarif Hidayatullah.
9. Apabila ketentuan-ketentuan itu dilanggar maka orang yang
melihatnya dapat menghukumnya.
SEJARAH SYARIF HIDAYATULLAH (SUNAN GUNUNG JATI)
SEJARAH SYARIF HIDAYATULLAH (SUNAN GUNUNG JATI)
Pangeran Walangsungsang yang selanjutnya bergelar Sri
Manggana raja pertama daerah Cirebon Larang, memiliki adik bernama Rara
Santang. Ketika Walangsungsang menunaikan ibadah Haji, Rara Santang juga ikut
serta untuk berhaji. Diceritakan ketika sampai di pelabuhan Jedah, Samadullah
alias Walangsungsang dan Rara Santang bertemu dengan Syarif Abdullah, penguasa
(walikota) di negeri Mesir. Syarif Abdullah adalah keturunan Bani Hasyim yang
pernah berkuasa di tanah Palestina. Di kota Mekah, Rara Santang dipersunting
oleh Syarif Abdullah yang selanjutnya setelah menunaikan ibadah Haji, Rara
Santang diboyong ke negeri Mesir. Dari perkawinan Syarif Abdullah dan Rara
Santang (Hajjah Syarifah Muda’im) di karuniai seorang putera bernama Syarif
Hidayatullah, lahir tahun 1448 M.
Pada masa remajanya Syarif Hidayatullah berguru kepada Syekh
Tajudin al-Kubri dan Syekh Ataullahi Sadzili di Mesir, kemudian ia ke Baghdad
untuk belajar Tasawuf. Pada usia 20 tahun, Syarif Hidayatullah pergi ke Mekah
untuk menuntut Ilmu.
Ketika Rara Santang (Hajjah Syarifah Muda’im) kembali ke
Cirebon 1475 M, ia disertai suaminya dan puteranya Syarif Hidayatullah tinggal
dan menetap di Cirebon Larang yang telah diperintah oleh pamannya Pangeran
Cakrabuana alias Haji Abdullah Iman.
Sebelum menjadi Susuhunan Jati, Syarif Hidayatullah
melakukan kegiatan Dakwah di Banten Pesisir yang saat itu dirajai oleh Sang
Surasowan. Menurut cerita lain sebelum ke Banten Pesisir, Syarif Hidayatullah
pergi ke Demak menemui Sunan Ampel untuk bersilaturahmi, dimungkinkan perginya
Syarif Hidayatullah ke Banten Pesisir atas perintah dari Sunan Ampel. Untuk
kepentingan dakwahnya, Syarif Hidayatullah menikahi Nyi Ratu Kawunganten putri
Sang Surasowan penguasa Banten Pesisir. Ia diakuniai dua orang putra-putri
yaitu Hasanuddin yang selanjutnya menjadi pelanjut dakwah ayahnya di Banten dan
Ratu Winahon alias Ratu Ayu yang dinikahkan kepada Fachrullah Khan alias
Fadhillah Khan alias Faletehan seorang Panglima perang tentara Demak.
Empat tahun kemudian atau 1479 M (setahun setelah berdirinya
Negara Islam Demak) Pangeran Cakrabuana mengalihkan kekuasaanya kepada Syarif
Hidayatullah (saat usia 31 th), sebelumnya menikahkan Syarif Hidayatullah
dengan putrinya Ratu Pakungwati.
Atas dukungan para wali, Syarif Hidayatullah memutuskan
Cirebon menjadi Negara Islam yang merdeka terlepas dari pemerintahan pusat
Pakuan Padjadjaran.
Upacara penobatan Syarif Hidayatullah yang bergelar
Susuhunan Jati, di hadiri oleh Dewan Wali dan Pasukan Demak yang dipimpin
langsung oleh Raden Fatah. Ketika Raden Fatah pulang ke Demak, sebagian
pasukannya ditinggalkan untuk menjadi pengawal dan melindungi Susuhunan Jati.
Posisi Syarif Hidayatullah yang selanjutnya dikenal dengan
Sunan Gunung Jati bukan hanya sebagai Susuhunan Jati Negara Islam Cirebon,
tetapi dalam Dewan Wali menempati posisi yang sentral. Beliau memangku jabatan
Khatib Agung Masjid Demak. Pada masa pemerintahan Demak beralih kepada Pangeran
Treggono (setelah Raden Fatah wafat digantikan Pati Unus lalu Pangeran
Trenggono), Sunan Bonang memerintahkan Sultan Demak baru untuk mengunjungi
Sunan Gunung Jati, pada kesempatan itu Sunan menganugrahkan gelar kepada
Pangeran Trenggono sebagai Sultan Ahmad Abdul-Arifin. Pemberian gelar tersebut
mengandung arti legitimasi bagi Pangeran Trenggono untuk memimpin Negara Islam
Demak. Perintah Sunan Bonang kepada Pangeran Trenggono untuk menemui Sunan
Gunung Jati memberikan petunjuk pada posisi Sunan Gunung Jati saat itu sebagai
ketua Dewan Wali setelah Sunan Ampel dan Sunan Giri wafat.
Karena itulah kami mengambil nama Syarif Hidayatullah
sebagai nama Ambalan di Pangkalan MAN Parungpanjang Gudep 02.001 Kab.Bogor.
SEJARAH CUT MEUTIA
SEJARAH CUT MEUTIA
Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun 1870, ini adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.
Sebelum Cut Nyak Meutia lahir, pasukan Belanda sudah menduduki daerah Aceh yang digelari serambi Mekkah tersebut. Perlakuan Belanda yang semena-mena dengan berbagai pemaksaan dan penyiksaan akhirnya menimbulkan perlawanan dari rakyat. Tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus, ketika itulah Cut Nyak Meutia dilahirkan. Suasana perang pada saat kelahiran dan perkembangannya itu, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya.
Ketika sudah beranjak dewasa, dia menikah dengan Teuku Muhammad, seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. Walaupun ketika masih kecil ia sudah ditunangkan dengan seorang pria bernama Teuku Syam Syarif, tetapi ia memilih menikah dengan Teuku Muhammad, pria yang sangat dicintainya.
Perang terhadap pendudukan Belanda terus berkobar seakan tidak pernah berhenti. Cut Nyak Meutia bersama suaminya Teuku Cik Tunon langsung memimpin perang di daerah Pasai. Perang yang berlangsung sekitar tahun 1900-an itu telah banyak memakan korban baik dari pihak pejuang kemerdekaan maupun dari pihak Belanda.
Pasukan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin pasangan suami istri itu melakukan taktik perang gerilya. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie.
Sudah banyak kerugian pemerintahan Belanda baik berupa pasukan yang tewas maupun materi diakibatkan perlawanan pasukan Cut Nyak Meutia. Karenanya, melalui pihak keluarga Meutia sendiri, Belanda selalu berusaha membujuknya agar menyerahkan diri. Namun Cut Nyak Meutia tidak pernah tunduk terhadap bujukan yang terkesan memaksa tersebut.
Bersama suaminya, tanpa kenal takut dia terus melakukan perlawanan. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong, suaminya. Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak.
Berselang beberapa lama setelah kematian suaminya, Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, pria yang ditunjuk dan dipesan suami pertamanya sebelum menjalani hukuman tembak. Pang Nangru adalah teman akrab dan kepercayaan suami pertamanya, Teuku Cik Tunong. Bersama suami keduanya itu, Cut Nyak Meutia terus melanjutkan perjuangan melawan pendudukan Belanda.
Di lain pihak, pengepungan pasukan Belanda pun semakin hari semakin mengetat yang mengakibatkan basis pertahanan mereka semakin menyempit. Pasukan Cut Meutia semakin tertekan mundur, masuk lebih jauh ke pedalaman rimba Pasai.
Di samping itu, mereka pun terpaksa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyiasati pencari jejak pasukan Belanda. Namun pada satu pertempuran di Paya Cicem pada bulan September tahun 1910, Pang Nangru juga tewas di tangan pasukan Belanda. Sementara Cut Nyak Meutia sendiri masih dapat meloloskan diri.
Kematian Pang Nangru membuat beberapa orang teman Pang Nangru akhirnya menyerahkan diri. Sedangkan Meutia walaupun dibujuk untuk menyerah namun tetap tidak bersedia. Di pedalaman rimba Pasai, dia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabil, yang masih berumur sebelas tahun untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda.
Tapi pengejaran pasukan Belanda yang sangat intensif membuatnya tidak bisa menghindar lagi. Rahasia tempat persembunyiannya terbongkar. Dalam suatu pengepungan yang rapi dan ketat pada tanggal 24 Oktober 1910, dia berhasil ditemukan.
Walaupun pasukan Belanda bersenjata api lengkap tapi itu tidak membuat hatinya kecut. Dengan sebilah rencong di tangan, dia tetap melakukan perlawanan. Namun tiga orang tentara Belanda yang dekat dengannya melepaskan tembakan. Dia pun gugur setelah sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah lainnya mengenai dadanya.
Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang pembela bangsa. Atas jasa dan pengorbanannya, oleh negara namanya dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.107 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964
Karena itulah kami mengambil nama Cut Meutia sebagai nama Ambalan di Pangkalan MAN Parungpanjang Gudep 02.002 Kab.Bogor
Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun 1870, ini adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.
Sebelum Cut Nyak Meutia lahir, pasukan Belanda sudah menduduki daerah Aceh yang digelari serambi Mekkah tersebut. Perlakuan Belanda yang semena-mena dengan berbagai pemaksaan dan penyiksaan akhirnya menimbulkan perlawanan dari rakyat. Tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus, ketika itulah Cut Nyak Meutia dilahirkan. Suasana perang pada saat kelahiran dan perkembangannya itu, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya.
Ketika sudah beranjak dewasa, dia menikah dengan Teuku Muhammad, seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. Walaupun ketika masih kecil ia sudah ditunangkan dengan seorang pria bernama Teuku Syam Syarif, tetapi ia memilih menikah dengan Teuku Muhammad, pria yang sangat dicintainya.
Perang terhadap pendudukan Belanda terus berkobar seakan tidak pernah berhenti. Cut Nyak Meutia bersama suaminya Teuku Cik Tunon langsung memimpin perang di daerah Pasai. Perang yang berlangsung sekitar tahun 1900-an itu telah banyak memakan korban baik dari pihak pejuang kemerdekaan maupun dari pihak Belanda.
Pasukan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin pasangan suami istri itu melakukan taktik perang gerilya. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie.
Sudah banyak kerugian pemerintahan Belanda baik berupa pasukan yang tewas maupun materi diakibatkan perlawanan pasukan Cut Nyak Meutia. Karenanya, melalui pihak keluarga Meutia sendiri, Belanda selalu berusaha membujuknya agar menyerahkan diri. Namun Cut Nyak Meutia tidak pernah tunduk terhadap bujukan yang terkesan memaksa tersebut.
Bersama suaminya, tanpa kenal takut dia terus melakukan perlawanan. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong, suaminya. Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak.
Berselang beberapa lama setelah kematian suaminya, Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, pria yang ditunjuk dan dipesan suami pertamanya sebelum menjalani hukuman tembak. Pang Nangru adalah teman akrab dan kepercayaan suami pertamanya, Teuku Cik Tunong. Bersama suami keduanya itu, Cut Nyak Meutia terus melanjutkan perjuangan melawan pendudukan Belanda.
Di lain pihak, pengepungan pasukan Belanda pun semakin hari semakin mengetat yang mengakibatkan basis pertahanan mereka semakin menyempit. Pasukan Cut Meutia semakin tertekan mundur, masuk lebih jauh ke pedalaman rimba Pasai.
Di samping itu, mereka pun terpaksa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyiasati pencari jejak pasukan Belanda. Namun pada satu pertempuran di Paya Cicem pada bulan September tahun 1910, Pang Nangru juga tewas di tangan pasukan Belanda. Sementara Cut Nyak Meutia sendiri masih dapat meloloskan diri.
Kematian Pang Nangru membuat beberapa orang teman Pang Nangru akhirnya menyerahkan diri. Sedangkan Meutia walaupun dibujuk untuk menyerah namun tetap tidak bersedia. Di pedalaman rimba Pasai, dia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabil, yang masih berumur sebelas tahun untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda.
Tapi pengejaran pasukan Belanda yang sangat intensif membuatnya tidak bisa menghindar lagi. Rahasia tempat persembunyiannya terbongkar. Dalam suatu pengepungan yang rapi dan ketat pada tanggal 24 Oktober 1910, dia berhasil ditemukan.
Walaupun pasukan Belanda bersenjata api lengkap tapi itu tidak membuat hatinya kecut. Dengan sebilah rencong di tangan, dia tetap melakukan perlawanan. Namun tiga orang tentara Belanda yang dekat dengannya melepaskan tembakan. Dia pun gugur setelah sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah lainnya mengenai dadanya.
Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang pembela bangsa. Atas jasa dan pengorbanannya, oleh negara namanya dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.107 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964
Karena itulah kami mengambil nama Cut Meutia sebagai nama Ambalan di Pangkalan MAN Parungpanjang Gudep 02.002 Kab.Bogor
Langganan:
Postingan (Atom)